Gedung Putih pada Jumat kemarin meminta Kongres Amerika Serikat (AS) menyetujui bantuan militer senilai 11,7 miliar dolar AS untuk Ukrainadi tengah konfliknya dengan Rusia. Jumlah itu termasuk dalam permintaan dana darurat sebesar 47,1 miliar dolar AS yang dianggap pemerintahan Presiden AS Joe Biden juga diperlukan untuk tanggapan terhadap virus corona (Covid 19) dan cacar monyet (monkeypox), serta upaya bantuan bencana. Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (3/9/2022), paket 11,7 miliar dolar AS itu mencakup 4,5 miliar dolar AS untuk peralatan militer dan pengisian kembali persediaan Pentagon, lalu 2,7 miliar dolat AS untuk bantuan pertahanan dan intelijen Ukraina, serta 4,5 miliar dolar AS untuk dukungan anggaran pemerintah Ukraina.
"Kami telah meminta dunia untuk mendukung rakyat Ukraina dalam mempertahankan demokrasi mereka dan kami tidak bisa membiarkan dukungan ke Ukraina mengering," kata Direktur Manajemen dan Anggaran Gedung Putih, Shalanda Young dalam sebuah postingan blog. Pemerintah juga meminta 2 miliar dolar AS untuk meringankan dampak negatif dari konflik di Ukraina, serta sanksi Barat yang dikenakan pada Rusia yang mempengaruhi pasokan energi di AS. Sejauh ini, AS telah menjadi pendukung utama Ukraina dalam konfliknya dengan Rusia.
AS telah memberikan bantuan militer dan keuangan senilai miliaran dolar kepada pasukan Ukraina, serta data intelijen. Pengiriman yang dilakukan AS ke pemerintahan Presiden Volodymyr Zelenskyy telah menyertakan perangkat keras canggih seperti peluncur roket ganda HIMARS, howitzer M777 dan drone tempur. Kongres AS pun menyetujui paket dukungan militer dan kemanusiaan senilai 40 miliar dolar AS untuk Ukraina pada Mei lalu.
Menurut Young, sekitar tiga perempat dari bantuan yang diberikan anggota parlemen AS ke Ukraina telah dicairkan atau diberikan. "Seperti yang kami katakan saat itu, sumber daya itu dimaksudkan untuk bertahan hingga September ini," jelas Young. Rusia telah berulang kali mengkritik pengiriman senjata AS dan sekutunya ke Ukraina, dengan mengatakan bahwa bantuan itu tidak akan mengubah hasil konflik, dan justru hanya akan memperpanjang pertempuran serta meningkatkan risiko konfrontasi langsung antara Rusia dengan NATO.